Saturday, May 5, 2018

Idealisme Terhadap Pendidikan


Idealisme Terhadap Pendidikan



Tokoh aliran idealisme ialah Plato (427-374 SM). Ia adalah murid Socrates. Aliran Idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang menggugah jiwa. Menurut aliran ini,cita adalah gambaran asli yang bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayang – bayang dunia yang ditangkap oleh pancaindra. Dari pertempuran jiwa dan cita, lahirlah suatu angan – angan, yaitu dunia ide. Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanya ide. Ide selalu tetap, tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak yang tidak dikategorikan ide. Keberadaan ide tidak tampak dalam wujud lahiriah, dan gambaran aslinya hanya bisa dipotret oleh jiwa murni. Menurut pandangan idealisme, alam adalah gambaran dari dunia ide disebabkan posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan ide adalah hakikat murni dan asli di mana keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh materialisme. Pada kenyataannya, ide digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk, sedangkan jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh (idea).
Kadang dunia ide adalah pekerjaan ruhani berupa angan – angan untuk mewujudkan cita-cita dalam lapangan metafisis. Menurut Berguson, ruh merupakan sasaran untuk mewujudkan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif.
Aliran idealisme sangat identik dengan alam dan lingkungan, kareana itu melahirkan dua macam realita. Pertama yang nampak, yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang mati, demikian seterusnya. Kedua, realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ide). Gagasan dan pikiran yang utuh didalamnya memiliki nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena ide merupakan wujud yang hakiki.
Prinsip aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya ide, disebabkan dunia ide merupakan lapangan ruhani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata sebagaimana yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangnya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari ide adalah arche, tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia ide dengan tuhan. Arche sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap ruh atau sukmalebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Ruh merupakan hakikat sebenarnya, sementara benda atau materi tersebut sebagai penjelmaan dari ruh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan ruhhaniah, dan dimensi gerakan tersebutuntuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu dengan individu lainnya, sehingga terbentuklah kebudayaan dan peradaban baru.
Dengan demikian, apabila kita menganalisis berbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan alam pikiran ruhani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, maka kita akan mengetahui bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan ruhani sehingga kepuasan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai keruhanian yang dalam idealisme disebut dengan ide.
Memang para filosof idealisme memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran, karena itu ruhani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan paham ini. Dengan kata lain, alam ,nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Berbagai macam pandangan para filosof idealisme yang mengemukakan hakikat alam yang sebenarnya adalah ide, yang digali dari pemikiran murni yang sangat sederhana, yaitu melalui pengamatan di luar benda yang sangat sederhana, yaitu melalui pengamatan di luar benda yang nyata, pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya itu sendiri. Dari sini didapatkan, bahwa dunia itu terbagi menjadi dua, yaitu dunia nyata dan dunia tidak nyata, atau dunia kelihatan (boraton genos) dan tidak kelihatan (kosmos neotos). Bagian inilah yang menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme.
Memang sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme, karena aliran Platoisme ini lebih banyak membahas hakikat sesuatu daripada menampilkan dan mencari dalil serta keterangan hakikat itu sendiri. Meskipun begitu, ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi pendapat dan buah pikir Plato. Menurut Betrand Russel, ada beberapa buah pikiran penting yang harus dibahas oleh filsafat Plato. Pertama, kota utama, sebuah ide yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Kedua, pendapat tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan. Ketiga, pembahasan dan dalil tentang keabadian. Keempat, buah pikiran alam atau kosmos. Kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan.
Di sisi lain, idealisme Plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut Plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun bagi warga negara. Setiap peserta didik harus diberikan kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa, dan negara.
Proses dan dan perjalanan aliran idealisme telah banyak memberikan pengaruh pada kehidupan filsafat sesudahnya, seperti J. Fichte, yang sependapat dengan Kant bahwa filsafat merupakan ilmu tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan kita,  maksudnya dunia filsafat terbatas kemampuan yang ada pada manusia. Demikian juga, lanjutannya,bahwa pengamatan berawal dari benda-benda menuju aliran materialisme. Benda-benda atau objek diberi bentuk oleh akal kata yang disebutnya idealisme.
Begitulah bahasan aliran idealisme yang menjelaskan bahwa dunia bertubuh dengan dunia yang tidak bertubuh itu terpisah sama sekali. Begitu pula perbedaan antara pandangan dan pikiran atau pengetahuan dengan pengertian, keduanya hanya mengenal dunia yang ada tetapi tidak berwujud. Dunia yang bertubuh itu tidaklah berdiri sendiri, ada hubungannya dengan dunia yang tidak mempunyai tubuh. Sementara dunia ide akan memberikan makna dan tujuan pada dunia lahir, inspirasi yang melahirkan suatu kehidupan hanya reaksi dunia luar.

Implikasi Ajaran Idealisme dalam Bidang Pendidikan
Idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Plato, Immanuel Kant, David Hume, Hegel, Al-Gazali merupakan orang-orang yang memiliki nama besar dikalangan para pemikir dewasa ini. Idealisme Hegel telah berpengaruh di Amerika Serikat, seperti W.T. Harris telah merapkan filsafat Hegel dalam mempelajari masalah-masalah pendidikan.
Filsfat idealisme diturunkan dari filsafat idealisme metafisik, yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesui dengan potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta.
Idealisme dalam bidang pendidikan menurut Horne, pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan, yaitu pribadi manusia yang ideal. Sedangkan menurut Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari dalam diri siswa, bukan di masukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau didiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus bersifat intelektual. Filsafat, logika, matematika, dan bahasa akan memperolah porsi yang besar dalam kurikulum di sekolah.
Yang terakhir berkaitan dengan teori nilai, kepada para siswa hendaknya diajarkan nilai-nilai yang tetap, abadi dan bagaimana melaksanakannya sesuai dengan pencipta nilai, pencipta alam semesta. Nilai itu signifikan sepanjang berkaitan dengan tata nilai spiritual yang sempurna dari alam semesta, suatu aturan dimana guru dapat menjelaskanya kepada muridnya.
Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan bukan sebagai alat. Guru harus mempu memberikan contoh yang terbaik kepada muridnya di sekolah. Tujuan pendidikan idealisme berada diluar kehidupan manusian itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan.
Power mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan
Pendidikan formal dan informal memberikan tujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2.      Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.
3.      Peranan guru
Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4.      Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasianal, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
5.      Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dalam dimanfaatkan.

Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Selain itu pula, Para pendidik yang idealis lebih menyukai bentuk-bentuk kurikulum subject-matter, yang menghubungkan ide-ide dengan konsep dan sebaliknya, konsep dengan ide-ide. Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1.      Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
2.      Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan daripada siswa;
3.      Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
4.      Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
5.      Guru menjadi teman dari para muridnya;
6.      Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
7.      Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
8.      Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
9.      Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar  yang diajarkannya;
10.  Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
11.  Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
12.  Guru haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi;
13.  Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya. Selain itu, jika ditinjau dari kedudukan peserta didik, dalam aliran idealisme siswa bebas mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.

Tujuan Pendidikan dan Kurikulum
Secara umum pendidikan idealisme merumuskan tujuan pendidikan sebagai pencapaian manusia yang berkepribadian mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook, supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual. Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Semua yang ideal baik, yang berisi manifestasi dari intelek, emosi dan kemauan, ini semua perlu menjadi sumber kurikulum.

Sumber:
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Jalaluddin, H. dan Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan : manusia, filsafat, dan pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Sadulloh, Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Previous Post
Next Post

0 comments: