Rekonstruktivisme
Gambar 1. George Sylverter Count
Latar
belakang Aliran Rekonstruksvisme
Rekonstrukvisme berasal dari bahasa
inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan aliran rekonstrukvisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.
Pada
dasarnya aliran rekonstrukvisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada
kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman
modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang
mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstrukvisme
tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat
perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad
pertengahan. Sementara itu alliran rekonstrukvisme berusaha membina suatu
konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia.
Guna
mencapai tujuan tersebut, rekonstrukvisme berusaha mencari kepepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam
suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses
pendidikan. Rekonstrukvisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekonstrukvisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas
suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstrukvisme di
pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin membangun
masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksvisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Gambar 2. Harold Rugg
Progresivisme
yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon Child,
juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial.
Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan
perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan
umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . aliran ini berpendapat bahwa
sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada
tatanan sosial saat ini.
Usaha
rekonstrukvisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi
bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban
yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang
serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat
teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan
pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah
rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.
Pandangan Ontology
Aliran
rekonstrukvisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, relita itu ada
dimana-mana dan sama di setiap tempat. Untuk mengerti realita, kita tidak
harus hanya melihat sesuatu yang kongkrit tetapi juga sesuatu yang khusus,
karena realita yang kita ketahui dan kita hadapi tidak terlepas dari suatu
sistem, selain subtansi yang dipunyai dari tiap sesuatu tersebut. Sebagai
subtansi , tiap realita itu bergerak dan berkembang dari potensialitas menuju
aktualitas, sehingga gerakan tersebut mencakup tujuan dan terarah guna mencapai
tujuan masing – masing dengan caranya sendiri karena tiap realita memliki
persfektif tersendiri.
Pada perisipnya ,aliran
rekonstrukvisme memandang alam metafisika merujukdualisme. Menurut Bakri
(1986:51), aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam
hakikat sebagai asal sumber, yakni hakikat materi dan hakiakt rohani. Kedua
macam hakikat ini memliki ciri yng bebas dan berdiri sendiri , ajali dan abadi,
dan hubungan keduanya menciptakn hubungan dalam alam.
Pandangan Epistemologis
Kajian epistemologis aliran ini
lebih merujuk pada pendapat aliran prakmatisme dan perennialisme. Menurut
aliran ini, untuk memahami realita memerlukan suatu asas tahu. Maksudnya, kita tidak mungkin memahami realita ini tanpa melalui
proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan
ilmu pengetahuan. Karenanya, baik indra maupun rasio sama –sama berfungsi
membentuk pengetahuan, dan akal dibawa oleh panca indra menjadai pengetahuan
yang sesungguhmya.
Pandangan Aksiologi
Aliran rekonstruksionisme memandang masalah ini berdasarkan asas –asas
supernatural, yaitu menerima nilai natural yang universal, yang abadi,
berdasarkan perinsip nilai teologis.
Pandangan Rekonstrukvisme
dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Aliran
rekonstrukvisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan
kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia
melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Aliran ini
memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi
oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori
tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan
potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan
dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
George counts
sebagai pelopor rekonstrukvisme dalam
publikasinya Dare the school build a new sosial order mengemukakan
bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila
sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan
(rasialisme). masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah
sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan
perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial dari pada pendidikan
hanya mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan dan
masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
sekolah harus
bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan kelompok
minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts
mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan
sosial dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok
untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.
Teori
Pendidikan Rekonstrukvisme
a. Tujuan
Pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstrukvisme berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi
dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah
mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai
tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
Tujuan pendidikan rekonstrukvisme adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan
mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
b. Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan
kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan
metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi
perbaikan masyarakat.
c. Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusi, yang
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri; dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Struktur
organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
Tujuan utama kurikulum adalah untuk menghadapkan para pelajar dengan
tantangan-tantangan hidup yang dihadapi manusia. Sehubungan dengan tujuan itu
maka isi kurikulum diharapkan akan memberikan bekal kepada para pelajar agar
mampu dalam menghadapi tantangan – tantangan kemanusiaan.
d. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun
masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur
sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e. Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang
dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut
sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya. Guru harus terampil dalam
membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus
menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut Brameld (kneller,1971)
teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
a.
Pendidikan
harus di laksanakan dini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru
yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
b.
Masyarakat baru
harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama
dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri,anak,
sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
c.
Guru harus menyakini terhadap
validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan
prosedur yang demokratis.
d.
Cara dan tujuan pendidikan harus
diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai
dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
e.
Meninjau kembali penyusunan
kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih.
Sumber:
Jalaluddin
dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Jalaludin
dkk, fisafat pendidikan (manusia, filsafat, dan pendidikan), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011.
Mudyarhardjo
Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Sadulloh,
Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta 2003
Syam
Muhammad Noor, Filsafat Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan Pancasila,
Surabaya : Usaha Nasional, 1986
Zuhairini,
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
0 comments: