Neo-Scholatisisme dan Kaitanya dengan
Perenialisme
Pokok pembahasan
Pokok
ajaran Neo- Scholatisisme adalah iman dan
akal bisa menjadi satu kesatuan yang tunggal sama seperti ajaran scholatisisme.
Neo-scholatisisme
Terdiri
dari dua kata yaitu “Neo” yang berarti baru
dan “ Skolatisisme” berasal dari kata skolastik
yang berarti guru; dari kata scholaszein
berarti waktu senggang. Dan kata ini di peroleh dari bahasa latin schola yang berarti sekolah. Sehingga
arti dari scholatisisme sendiri
adalah gerakan intelektual dari para scholastik/guru. (Bagus Lorents , hal.
1027)
Sehingga
jika di artikan berdasarkan definisi di tersebut Neo-scholatisisme adalah Pembaharuan filsafat-filsafat dan teologi
skolastik (Sistem logika , filsafat, dan teologi para sarjana atau oran
terpelajar abad ke 10-15 berlandaskan logika aristoteles dan tulisan para ahli
agama kristen pada zaman permulaan agama) dengan tujuan mengembalikan kembali
gagasan-gagasan scholastik lama yang
hampir punah.
Sejarah Perkembangan Neo-scolatisisme
Skolastisisme adalah
nama sebuah periode di Abad pertengahan yang dimulai sejak abad ke-9 hingga
abad ke-15. Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam bahasa
Latin schola) dan banyak pengajar ulung. Selain itu, skolastik juga menunjuk
pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal
yang rasional secara kritis, untuk diperdebatkan dan diambil jalan keluarnya.
Ciri yang dihadirkan disini berkaitan dengan ke rasionalan dari apa yang
dihasilkan.
Skolatisme
melahirkan Skolastika, menurut kamus besar bahasa Indonesia skolastika adalah
logika, filsafat, teologia para sarjana abad Pertengahan, atau orang orang
terpelajar abad ke-10 hingga abad ke-15 yang berlandaskan logika Aristoteles
dan tulisan para ahli agama Kristen zaman permulaan agama.
Masa Skolastik
Istilah
skolasti adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran
atau yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat
beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
Ø Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mepunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
Ø Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian mucul istilah skolastik
Yahudi, skolasti Arab dan lain-lainnya.
Ø Filsafat
skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
Ø Filsafat
skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
gereja.
Filsafat
skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor . faktor –
faktor tersebut yaitu :
a.
Faktor
Religius
Faktor
religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan
faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkeperikehidupan
religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah
suci Yarussalem. Dunia ini bagaikan negeri asing, dan sebagai tempat pembuangan
limbah air mata saja (tempat kesediahan).
b.
Faktor
Ilmu Pengetahuan
Pada
saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh
biara-biara gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari
para penulis latin, Arab ( islam ) dan Yunani.
Masa
skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1.
Skolastik Awal. berlangsung dari tahun 800-1200;
2. Skolastik puncak, berlangsung dari tahun
1200-1300;
3. Skolastik akhir, berlangsung dari tahun
1300-1450.
Sejak
abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot.
Terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Baru pada abad ke-8
Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung ( 742- 814) dapat memberikan
suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran
filsafat yang semanya menampakkan muali adanya kebangkitan.
Pada
mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan
akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajarannya
meliputi studi duniawi atau artes liberaes, meliputi tata bahasa, retorika,
dialetika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan
musik. Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes
Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter
Abaelardus ( 1079-1180). Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 ). Ia dilahirkan di Le
Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandagannya sangat
tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat
gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra
romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukkan kekuatan iman. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa
berfikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berfikir
itu berada diluar iman (diluar kepercayaan). Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi
harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
John
Scotus Erigena, adalah pelopor aktivitas skolastik. Dalam sistem yang dinamakan
De Predestinatione, Erigena menyatakan bahwa agama dan filsafat yang sebenarnya
adalah serupa. Filsafat yang benar bertumpu pada kesatuan Tuhan. Keyakinan
(agama) adalah bentuk penerimaan dogma yang di dukung oleh pemahaman
(filosofi). John Scotus Erigena adalah seorang Neoplatonis dalam filsafat dan
seorang Augustanian dalam ilmu agama. Dia menyatakan bahwa Tuhan adalah
penyebab pertama segala hal. Bahwa Tuhan menciptakan dunia sesuai rencana dan
dunia merupakan bentuk pernyataan akan keberadaannya. Scotus Erigena
membangkitkan ajaran Neoplatonisme, dengan keberadaan yang heirarki yang lambat
laun membentuk kembali teologi abad pertengahan. Dia membuat otoritas primal
dan pemikiran skolastik antidates dengan memberikan tempat kedua untuk
mempertanyakan, menganggapnya sebagai
“Theophany” - sebuah manifestasi
yang berfungsi sebagai pedoman menuju kenyataan. Kesarjanan Yunani dan kemistikan Kristen terlalu hebat untuk
memikat masa barbar pada umumnya. Erigena adalah garis penghubung antara
Neoplatoisme dan gereja abad pertengahan. Dia secara mendalam mempengaruhi
humanis Inggris dan Italia.
Karakteristik
Skolastik Awal sebagai berikut :
1. Bertujuan
untuk memperlihatkan penerimaan kebenaran dengan metode deduksi.
2. Minat
ilmiah adalah dunia yang superior.
3. Keinginan
untuk menyediakan dalil ilmiah mengembangkan filsafat baru.
4. Keilmiahannya
metapisikal, lebih peduli tehadap kejiwaan daripada bagaimana ia dilakukan
(etika, psikologi) maka mereka mengabaikan fakta studi empiris.
5. Kebaikan
tertinggi adalah renungan hidup tentang keyakinan dan pengetahuan.
6. Kebenaran
yang diterima oleh indera dianggap tidak
penting: berpikir itu penting dan logika silogistik esensial dalam memunculkan
ilmu pengetahuan.
7. Karena
orang-orang yang berpendidikan menjadi penganalisis kehidupan yang lebih cerdas
dengan menggunakan logika.
Interpretasi
umum dari skolatisme. Skolatisme,
dalam istilah nyata, cukup untuk sebuah dunia yang ideal, sistem ide atau
bentuk, yang digambarkan sebagai esensi kualitas dari suatu hal. Dunia itu
rasional dan logikal serta dapat diajarkan dan diekspresikan dengan pemahaman.
Jika ide universal adalah hanya nama (nominal), dan jika tidak ada yang nyata
sesuai dengan hal khusus ini (nama), kita tidak bisa memiliki pegetahuan
tentang dunia. Masalah ini – realitas universal melawan realitas hal tertentu –
merupakan puncak dari dialektiks skolastik. Nominalisme, adalah lawan dari
realisme, oleh karena itu kadang memperlemah ikatan antara filsafat dan agama.
Dalam periode modern, filsafat nominalisme bergabung dengan induksi, empirisme
dan ilmu fisik. Dua pandangan dilibatkan dalam skolatisme yang umum:
1.
Dogma menyalurkan
pemahaman dan tidak dijelaskan oleh filsafat;
2. Dogma
tertentu bisa dijelaskan oleh filsafat.
Skolatisme
Pada Abad Ke-11 dan 12, dikenal dengan periode pertama skolatisme. St. Anselm
(1033 – 1109) Pendiri Skolatisme di barat, Kepala Biara Bec, kemudian menjadi
Uskup Agung Canterbury. Tulisan Anselm memberikannya gelar – “Augustin ke dua”
karya besarnya adalah:
1.
Dialogus de grammatico.
2. Monologium
de ratione fidei
3. Proslogium
sive fides quarens intellectum
4. De
veritate.
5. De
fide trinitas
6. Cur
deus homo
Anselm
menyatakan bahwa keyakinan adalah hal terpenting dan harus mendahului pikiran
filosofikal. “Kami tidak mengeluh untuk apa yang mungkin kami percaya, kami
percaya untuk sesuatu yang mungkin kami tahu”. Anselm mencari cara untuk
merasionalisasi keyakinan dan dogma Kristen dan menyatakan bahwa dimana tujuan
goyah, kita harus tunduk pada keyakinan. Monoligiumnya memanfaatkan argumen
kosmologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Proslogiumnya adalah risalah
platonik yang menyimpulkan keberadaan Tuhan dari konsep ketuhanan. Car Deus
Homo mempersembahkan teori pengampunan Anselmik yang menghasilkan konflik
keadilan dan pengampunan Tuhan. Dia mempertahankan bahwa keberadaan Tuhan,
doktrin triniti, dan roh suci, melampaui penjelasan apapun. Keyakinan Anselm
adalah Augustinian; landasan intelektualnya
adalah platonik.
Roscellinus (1050 –
1122)
Gambar 1. Rorcellinus
Roscellinus
menyatakan bahwa dunia hanyalah sebuah nama, bahwa hanya hal-hal tertentu saja
yang keberadaannya nyata. Pernyataan ini menimbulkan kemarahan para ahli agama
tradisional. Dunia, bagi Roscellinus, adalah simbol atau nama dari kenyataan
yang lebih dalam. Dihadapkan dengan Anselm, Roscellinus dipaksa meninggalkan
posisinya di Synod Soissons pada tahun 1092 dan stigma bid’ah ditempatkan
diatas Nominalisme.
Peter Abelard (Or Abailard –
1079 – 1142), Sang Konseptualis.
Peter
Abelard awalnya adalah murid dari Roscellinus dan kemudian menjadi murid
William Champeraux. Dia bertengkar dengan William, dicela sebagai seorang
heraktik dan dipaksa mengundurkan diri. Abelard adalah seorang radikal yang
paling berani pada masanya dan pada dasarnya seorang kritikus. Dalam sebuah buku
kecil – Six et Non – dia memberikan pandangan yang menentang otoritas (dicta
pro et contra) dan meninggalkan solusi permasalahannya kepada penontonnya.
Seratus lima puluh poin teologi dikutip untuk menunjukkan bahwa tidak ada
pengajaran patristik seragam yang bisa diandalkan. Dia menghormati gereja tapi
musuh abadi tradisi gerejawi. Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh umurnya
dan memperjauh pencerahan budaya kemanusiaan dan reformasi. Doktrin
konseptualisme Abelard (teori yang menyatakan bahwa kebenaran universal hanya
konsep dari pikiran) menegahi Realisme dan Nominalisme. Dia menyatakan bahwa
dunia tercipta di dalam individu. Di luar invidu, dunia muncul hanya dalam
bentuk konsep.
Peter The Lombard (+
1164)
Gambar 3. Peter The Lombard
Peter
adalah murid dari Abelard yang mengikuti metode gurunya dalam sebuah buku
mengenai teologi, yang disebut Four Book Of Sentence. Radikalisme Abelard
terlalu tidak bijak dan tidak aman untuk ditiru. Sekolah baru dibutuhkan untuk
menyetir gerejawi dari heterodoksi. Kebutuhan ini ditemukan oleh Peter’s
Sentence. Manual disusun dari berbagai penulis dan menetap dengan doktrin gereja dan
kepercayaannya. Menyesuaikan kebutuhan zaman saat itu hingga nantinya publikasi
Summa Theologica oleh Thomas Aquinas.
Bernard Of Clairvaux
(1091 – 1153)
Gambar 4. Bernard Of Clairvaux
Sarjana
ortodok paling terkemuka dan seorang ilmu mistik kesalehan. Bernard mendirikan
biara Cistercian di Clairvaux dan merupakan kekuatan moral terhebat pada
masanya. Keortodoxannya membawanya pada penyerangan final atas Abelard yang
menjamin hukumannya di Synod Sens pada
tahun 1141.
John Of Salisbury (1115
– 1180)
Gambar 5. John Of Salisbury
Seorang
gerejawi Inggris dan kritikus seluruh pergerakan Skolastik. John Salisbury
memberikan informasi berharga tentang banyak sarjanawan. Dia menganggap
keseluruhan pergerakan terlibat dalam kontroversi yang tak ada hasilnya dan
menuntut reformasi logika skolastik dalam karyanya Metalogicus. Semua
pengetahuan, dia deklarasikan, haruslah praktis. Dia menganjurkan independensi
yang absolut dari gereja dan negara dalam bukunya Policraticus.
Skolatisme Menjadi
Mistis
Gereja
Kristen dirasionalisasikan dan diubah menjadi intelektualisme dogmatik. Tuhan
dikenal dari pengalaman. Alam dan Tuhan jelas menjadi pemahaman. Garis mistik
pemikiran dalam skolatisme dilihat dari:
1.
Bernard Of Clairvaux
2. Hugo
dari biara Augustinian St. Viktor di Paris
3. Richard
dari St. Victor
4. Walter
dari St. Victor.
Mistik
biasanya menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat dicapai dengan dialektika atau
logika tapi dalam kontemplasi mistik melalui aktivitas empirik dari jiwa.
Keyakinan dapat di rasionalisasikan.
Moto
dari mistik adalah : cogitatio, meditatio, contemplatio. Mistisisme tidak pernah
memenangkan kepemilikan yang tak terbantahkan dari pemikiran pertengahan.
Penolakan Terhadap
Skolatisme Awal
Pada
akhir abad ke-12, oposisi dikembangkan menuju Skolatisme. Minat dalam ilmu
pengetahuan alam ditawarkan melalui terjemahan Latin dari sastra Arab.
Sarjanawan bukan ortodox dikutuk sebagai heraktik. Teology terancam. Dogma
disesuaikan oleh penjaga Ortodox dari keyakinan dan perintah pengajaran yang
diundangkan – Dominikan dan Franciskan. Pemahaman dan keyakinan dipaksa untuk
setuju. Pengetahuan baru masuk kedalam dunia pertengahan, yaitu:
a.
Tulisan Aristoteles
b. Karya
Yunani tentang astronomi
Komentar
Rabi dan Yahudi tentang Aristoteles muncul:
a.
Pada masa ini
Aristoteles tidak terlalu diterima. Neoplatonisme sedang marak.
b. Terjemahan
baru Aristoteles dibuat dan lambat laun diterima oleh Skolastik selanjutnya.
Pada akhirnya menghasilkan bentuk baru dalam kordinasi agama dan filosafat.
c. Teori
Aristoteles tentang alam, pengakuannya tentang spiritual Tuhan, memperkuat
teologi dan mempererat dogmatisme.
Skolatisme Abad Ke-13
(Periode Kedua dari
Skolatisme)
Filsafat
platonik dan teologi Augustinian telah dimasukkan dalam sintesis. Dengan
penemuan Aristoteles yang “baru”, Skolatisme abad ke-13 memberikan masalah
dalam asimilasi. Beberapa skolastik tetap Ortodox – Alexander dari Hales, Henry
dari Ghent. Beberapa skolastik mencari cara untuk mensintesiskan teologi dengan
Aristoteles – Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Duns Scotus. Beberapa pemikir
hanya meneliti Aristoteles – Siger dari Brabant. Pergerakan yang paling penting
adalah sintesis skolatisme dengan filsafat peripatetik.
Skolastik Puncak
Masa
ini merupaka kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan
masa ini juga disebut masa berbunga. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa
skolastik mencapai pada puncaknya :
1. Adanya
pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2. Tahun
1200 didirikan universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan
gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio)
berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, Di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
3. Berdirinya
ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat nutuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran
dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas,
Binaventura, J.D.Scotus, william Ocham.
Tokoh-Tokoh Skolastik
Barat
1. Peter Abelardus
(1079-1180M)
Ia di lahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia
mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering
kali bertengkar dengan para ahli piker dan pejabat gereja. Ia termasuk orang
konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai
rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukan kekuatan iman. Iman harus
mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau
dapat di terima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan
bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abelardus memberikan alasan bahwa
berfikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berfikir
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialetika
yang tanpa ragu-ragu di tunjukan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu
iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga
berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu tuhan.
2. Albert Magnus (1203-1280M)
Di samping sebagai biarawan, Albert
Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama
Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universialis” dan
“doctor magnus”, kemudia bernama Albert Magnus (Albert The Great). Ia mempunyai
kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberals,
ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi
di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223M kemudian masuk ke koin menjadi
dosen filsafat dan teologi. Terkhir
ia di angkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam
menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan
penelitian dalam bidang ilmu biologi dan ilmu kimia.
3. Thomas Aquinas (1225-1274M)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas
Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli
pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca,
Napoli Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci
gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi
gereja katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1250 ia
menjadi guru besar dalam ilmu agama di Perancis dan Tahun 1259 menjadi guru
besar dan penasehat istana.
Karya Thomas Aquinas telah menandai
taraf yang tinggi dan aliran Skolatisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha
membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran
logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi
tenteng pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikir.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikir.
4. William Ockham
(1285-1349M)
William Ockham adalah seorang pastur
ordo Fransiscus berkebangsaan Inggris dan filusuf, dari Ockham desa kecil di
Surey dekat East Horsley. William mengabdikan diri pada hidup yang minimalis.
Seorang perintis nominalisme, ia terkadang di anggap sebagai bapak epistemology
modern dan filsafat modern umum, berkat pendapatnya yang didukung argument
kuat, bahwa hanya individu yang ada, bukan universa, esensi, atau bentuk
supra-individual, dan bahwa universal adalah hasil abstraktif dari individu
oleh pikiran manusia dan tidak memiliki wujud di luar mental. William juga
dipandang sebagai salah satu ahli logika terbesar sepanjang masa. Ia merupakan
ahli pikir Inggris yang beraliran Skolastis. Karena terlibat dalam pertengkaran
umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan
diri dan mencari perlindungan pada kaisar Lois IV. Ia menolak ajaran Thomas dan
mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu,
dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat
dilalui hanya dengan intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah
anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini
akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus
John XXII.
5. Nicolas Cusasus
(1401-1464M)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada
paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk
mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat
pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan
akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada
sajian atau tangkapan indra.
Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasab akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah, diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasab akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah, diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
6. Machiavelli
(1469-1527M)
Filosof politik Italia, Niccolo
Machiavelli, termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang
penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah
menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan
kekejaman penggunaan kekuatan.
Machiavelli lahir tahun 1469 di
Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum, tergolong anggota famili
terkemuka, tetapi tidak begitu berada. Selama masa hidup Machiavelli (pada saat
puncak-puncaknya Renaissance Italia) Italia terbagi-bagi dalam negara-negara
kecil, berbeda dengan negeri yang bersatu seperti Perancis, Spanyol atau
Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam masanya Italia lemah
secara militer padahal brilian di segi kultur.
Di kala Machiavelli muda, Florence
diperintah oleh penguasa Medici yang masyhur, Lorenzo yang terpuji. Tetapi
Lorenzo meninggal dunia tahun 1492, dan beberapa tahun kemudian penguasa Medici
diusir dari Florence; Florence menjadi republik (Republik Florentine) dan tahun
1498, Machiavelli yang berumur dua puluh sembilan tahun peroleh kedudukan
tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia
mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam pelbagai missi
diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam
negeri Italia.
Skolastik Akhir
Masa
ini ditandai dengan adanya rasa jem terhadap segala macam pemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi ( kemandekan ).
Diantara tokoh-tokohnya adalah William ockham ( 1285-1349 ), Nocolas Cusasus (
1401-1464 ). William Ockham ( 1285-1349 ). Ia merpakan ahli pikir Inggris yang
beraliran skolastik. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat
mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau
kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa
kenyataan.
Nicolas
Cusasus ( 1401-1464 ). Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa
skolastik, menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat
indra, akal, dan intuisi. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja
dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada
kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut,
yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh
pemikiran abad pertengahan, yang dibuat kesuatu sintesis yang lebih luas.
Masa Peralihan
Setelah
abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang didisi dengan
gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Masa peralihan ini ditandai
dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara
abad ke-14 hingga ke-16. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini
merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia,
kemudian Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Miichelangelo, Machiavelli,
dan Giordano Bruno. Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian
dikalangan ahli pikir Renaisanse yang menghancurkan perhatiannya terhadap
pengajaran kesusastraa Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan. Kemudian,
Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan utuk kembali sastra Yuani da
Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia,
Erasmus, dan Thomas Morre. Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa
Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap
perbaikan keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas
Protestantisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.
Implikasi Ajaran Neo-Skolatisisme
dalam Bidang Pendidikan
1. Implikasi
Ajaran Neo-Skolatisisme Dalam Bidang Pendidikan
Implikasi dari ajaran
neo-scholatisisme menerapkan metode debat dalam pengambilan keputusan atau
penyelesaian suatu masalah.
2. Hubungan
Neo-skolatisisme dan Perenialisme
Untuk mengerti hubungan
antara neo-Scholatisisme dengan perenialisme, kita harus mengerti apa itu
perenialisme terlebih dahulu sejarah singkat dari perenialisme itu sendiri.
1.
Perenialisme:
Merupakan
suatu aliran yang lahir pada abad ke 20. Perenialisme berasal dari kata kata
perenial yang berarti abadi, kekal atau selalu.
Perenialisme
lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan yang progresif (Yang bergerak
maju). Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual dan sosio kultural. Oleh karena itu
perlu adanya usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu
dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang
telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh
pendukung gagasan ini adalah Robert Maynard Hutchin dan ortimer Adler.
2. Neo-Scholatisisme:
Pembaharuan
filsafat-filsafat dan teologi skolastik (Sistem logika , filsafat, dan teologi
para sarjana atau orang terpelajar abad ke 10-15 berlandaskan logika
aristoteles dan tulisan para ahli agama kristen pada zaman permulaan agama)
dengan tujuan mengembalikan kembali gagasan-gagasan scholastik lama yang hampir punah.
Dari dua definisi diatas menekankan
bahwa hubungan Neo-Scholatisisme dengan perenialisme terletak pada tujuan
mereka yang ingin mengembalikan kembali gagasan-gagasan lama untuk dapat
diterapkan kembali kedalam kehidupan saat ini.
Sumber:
Simanjuntak, Junihot. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen.
Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2013.Lorents, Bagus.Kamus Filsafathalaman708-710 dan 1027-1028.
Wikipedia .Perkembangan Neo-skolatisisme.
http://www.scribd.com/doc/23767536/makalah-filsafat
http://mukhlislamlo.blogspot.com/2010/04/filsafat-skolastik-oleh-mukhlisuddin-mz.html
http://www.hendria.com/2010/03/sejarah-filsafat-eropa.html
http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik.html
http://mukhlislamlo.blogspot.com/2010/04/filsafat-skolastik-oleh-mukhlisuddin-mz.html
http://www.hendria.com/2010/03/sejarah-filsafat-eropa.html
http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik.html
http://sulufiyyah.blogspot.co.id/2010/05/filsafat-skolastik.html
0 comments: