Sunday, May 6, 2018

Neo-Scholatisisme


Neo-Scholatisisme dan Kaitanya dengan Perenialisme

Pokok pembahasan
Pokok ajaran Neo- Scholatisisme adalah iman dan akal bisa menjadi satu kesatuan yang tunggal sama seperti ajaran scholatisisme.

Neo-scholatisisme
Terdiri dari dua kata yaitu “Neo” yang berarti baru dan “ Skolatisisme” berasal dari kata skolastik yang berarti guru; dari kata scholaszein berarti waktu senggang. Dan kata ini di peroleh dari bahasa latin schola yang berarti sekolah. Sehingga arti dari scholatisisme sendiri adalah gerakan intelektual dari para scholastik/guru. (Bagus Lorents , hal. 1027)
Sehingga jika di artikan berdasarkan definisi di tersebut Neo-scholatisisme adalah Pembaharuan filsafat-filsafat dan teologi skolastik (Sistem logika , filsafat, dan teologi para sarjana atau oran terpelajar abad ke 10-15 berlandaskan logika aristoteles dan tulisan para ahli agama kristen pada zaman permulaan agama) dengan tujuan mengembalikan kembali gagasan-gagasan scholastik lama  yang hampir punah.

Sejarah Perkembangan Neo-scolatisisme
Skolastisisme adalah nama sebuah periode di Abad pertengahan yang dimulai sejak abad ke-9 hingga abad ke-15. Masa ini ditandai dengan munculnya banyak sekolah (dalam bahasa Latin schola) dan banyak pengajar ulung. Selain itu, skolastik juga menunjuk pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal yang rasional secara kritis, untuk diperdebatkan dan diambil jalan keluarnya. Ciri yang dihadirkan disini berkaitan dengan ke rasionalan dari apa yang dihasilkan.
Skolatisme melahirkan Skolastika, menurut kamus besar bahasa Indonesia skolastika adalah logika, filsafat, teologia para sarjana abad Pertengahan, atau orang orang terpelajar abad ke-10 hingga abad ke-15 yang berlandaskan logika Aristoteles dan tulisan para ahli agama Kristen zaman permulaan agama.

Masa Skolastik
Istilah skolasti adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.

Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
Ø  Filsafat skolastik adalah filsafat yang mepunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
Ø  Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian mucul istilah skolastik Yahudi, skolasti Arab dan lain-lainnya.
Ø  Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
Ø  Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran gereja.
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor . faktor – faktor tersebut yaitu :
a.    Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkeperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yarussalem. Dunia ini bagaikan negeri asing, dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesediahan).
b.   Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari para penulis latin, Arab ( islam ) dan Yunani.
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1.   Skolastik Awal. berlangsung dari tahun 800-1200;
2.   Skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;
3.   Skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot. Terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung ( 742- 814) dapat memberikan suasana ketenangan  dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semanya menampakkan muali adanya kebangkitan.
Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberaes, meliputi tata bahasa, retorika, dialetika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik. Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus ( 1079-1180). Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 ). Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandagannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan). Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
John Scotus Erigena, adalah pelopor aktivitas skolastik. Dalam sistem yang dinamakan De Predestinatione, Erigena menyatakan bahwa agama dan filsafat yang sebenarnya adalah serupa. Filsafat yang benar bertumpu pada kesatuan Tuhan. Keyakinan (agama) adalah bentuk penerimaan dogma yang di dukung oleh pemahaman (filosofi). John Scotus Erigena adalah seorang Neoplatonis dalam filsafat dan seorang Augustanian dalam ilmu agama. Dia menyatakan bahwa Tuhan adalah penyebab pertama segala hal. Bahwa Tuhan menciptakan dunia sesuai rencana dan dunia merupakan bentuk pernyataan akan keberadaannya. Scotus Erigena membangkitkan ajaran Neoplatonisme, dengan keberadaan yang heirarki yang lambat laun membentuk kembali teologi abad pertengahan. Dia membuat otoritas primal dan pemikiran skolastik antidates dengan memberikan tempat kedua untuk mempertanyakan, menganggapnya sebagai  “Theophany” -  sebuah manifestasi yang berfungsi sebagai pedoman menuju kenyataan. Kesarjanan Yunani  dan kemistikan Kristen terlalu hebat untuk memikat masa barbar pada umumnya. Erigena adalah garis penghubung antara Neoplatoisme dan gereja abad pertengahan. Dia secara mendalam mempengaruhi humanis Inggris dan Italia. Karakteristik Skolastik Awal sebagai berikut :
1.      Bertujuan untuk memperlihatkan penerimaan kebenaran dengan metode deduksi.
2.      Minat ilmiah adalah dunia yang superior.
3.      Keinginan untuk menyediakan dalil ilmiah mengembangkan filsafat baru.
4.      Keilmiahannya metapisikal, lebih peduli tehadap kejiwaan daripada bagaimana ia dilakukan (etika, psikologi) maka mereka mengabaikan fakta studi empiris.
5.      Kebaikan tertinggi adalah renungan hidup tentang keyakinan dan pengetahuan.
6.      Kebenaran yang diterima oleh  indera dianggap tidak penting: berpikir itu penting dan logika silogistik esensial dalam memunculkan ilmu pengetahuan.
7.      Karena orang-orang yang berpendidikan menjadi penganalisis kehidupan yang lebih cerdas dengan menggunakan logika.
Interpretasi umum dari skolatisme. Skolatisme, dalam istilah nyata, cukup untuk sebuah dunia yang ideal, sistem ide atau bentuk, yang digambarkan sebagai esensi kualitas dari suatu hal. Dunia itu rasional dan logikal serta dapat diajarkan dan diekspresikan dengan pemahaman. Jika ide universal adalah hanya nama (nominal), dan jika tidak ada yang nyata sesuai dengan hal khusus ini (nama), kita tidak bisa memiliki pegetahuan tentang dunia. Masalah ini – realitas universal melawan realitas hal tertentu – merupakan puncak dari dialektiks skolastik. Nominalisme, adalah lawan dari realisme, oleh karena itu kadang memperlemah ikatan antara filsafat dan agama. Dalam periode modern, filsafat nominalisme bergabung dengan induksi, empirisme dan ilmu fisik. Dua pandangan dilibatkan dalam skolatisme yang umum:
1.      Dogma menyalurkan pemahaman dan tidak dijelaskan oleh filsafat;
2.      Dogma tertentu bisa dijelaskan oleh filsafat.
Skolatisme Pada Abad Ke-11 dan 12, dikenal dengan periode pertama skolatisme. St. Anselm (1033 – 1109) Pendiri Skolatisme di barat, Kepala Biara Bec, kemudian menjadi Uskup Agung Canterbury. Tulisan Anselm memberikannya gelar – “Augustin ke dua” karya besarnya adalah: 
1.      Dialogus de grammatico.
2.      Monologium de ratione fidei 
3.      Proslogium sive fides quarens intellectum
4.      De veritate.
5.      De fide trinitas
6.      Cur deus homo
Anselm menyatakan bahwa keyakinan adalah hal terpenting dan harus mendahului pikiran filosofikal. “Kami tidak mengeluh untuk apa yang mungkin kami percaya, kami percaya untuk sesuatu yang mungkin kami tahu”. Anselm mencari cara untuk merasionalisasi keyakinan dan dogma Kristen dan menyatakan bahwa dimana tujuan goyah, kita harus tunduk pada keyakinan. Monoligiumnya memanfaatkan argumen kosmologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Proslogiumnya adalah risalah platonik yang menyimpulkan keberadaan Tuhan dari konsep ketuhanan. Car Deus Homo mempersembahkan teori pengampunan Anselmik yang menghasilkan konflik keadilan dan pengampunan Tuhan. Dia mempertahankan bahwa keberadaan Tuhan, doktrin triniti, dan roh suci, melampaui penjelasan apapun. Keyakinan Anselm adalah Augustinian; landasan intelektualnya  adalah platonik.

Roscellinus (1050 – 1122)
 Gambar 1. Rorcellinus
Roscellinus menyatakan bahwa dunia hanyalah sebuah nama, bahwa hanya hal-hal tertentu saja yang keberadaannya nyata. Pernyataan ini menimbulkan kemarahan para ahli agama tradisional. Dunia, bagi Roscellinus, adalah simbol atau nama dari kenyataan yang lebih dalam. Dihadapkan dengan Anselm, Roscellinus dipaksa meninggalkan posisinya di Synod Soissons pada tahun 1092 dan stigma bid’ah ditempatkan diatas Nominalisme.

Peter Abelard (Or Abailard – 1079 – 1142), Sang Konseptualis.
Gambar 2. Peter Abelard
Peter Abelard awalnya adalah murid dari Roscellinus dan kemudian menjadi murid William Champeraux. Dia bertengkar dengan William, dicela sebagai seorang heraktik dan dipaksa mengundurkan diri. Abelard adalah seorang radikal yang paling berani pada masanya dan pada dasarnya seorang kritikus. Dalam sebuah buku kecil – Six et Non – dia memberikan pandangan yang menentang otoritas (dicta pro et contra) dan meninggalkan solusi permasalahannya kepada penontonnya. Seratus lima puluh poin teologi dikutip untuk menunjukkan bahwa tidak ada pengajaran patristik seragam yang bisa diandalkan. Dia menghormati gereja tapi musuh abadi tradisi gerejawi. Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh umurnya dan memperjauh pencerahan budaya kemanusiaan dan reformasi. Doktrin konseptualisme Abelard (teori yang menyatakan bahwa kebenaran universal hanya konsep dari pikiran) menegahi Realisme dan Nominalisme. Dia menyatakan bahwa dunia tercipta di dalam individu. Di luar invidu, dunia muncul hanya dalam bentuk konsep.

Peter The Lombard (+ 1164)
 Gambar 3. Peter The Lombard
Peter adalah murid dari Abelard yang mengikuti metode gurunya dalam sebuah buku mengenai teologi, yang disebut Four Book Of Sentence. Radikalisme Abelard terlalu tidak bijak dan tidak aman untuk ditiru. Sekolah baru dibutuhkan untuk menyetir gerejawi dari heterodoksi. Kebutuhan ini ditemukan oleh Peter’s Sentence. Manual disusun dari berbagai penulis dan  menetap dengan doktrin gereja dan kepercayaannya. Menyesuaikan kebutuhan zaman saat itu hingga nantinya publikasi Summa Theologica oleh Thomas Aquinas.

Bernard Of Clairvaux (1091 – 1153)
 Gambar 4. Bernard Of Clairvaux
Sarjana ortodok paling terkemuka dan seorang ilmu mistik kesalehan. Bernard mendirikan biara Cistercian di Clairvaux dan merupakan kekuatan moral terhebat pada masanya. Keortodoxannya membawanya pada penyerangan final atas Abelard yang menjamin  hukumannya di Synod Sens pada tahun 1141.

John Of Salisbury (1115 – 1180)
 Gambar 5. John Of Salisbury
Seorang gerejawi Inggris dan kritikus seluruh pergerakan Skolastik. John Salisbury memberikan informasi berharga tentang banyak sarjanawan. Dia menganggap keseluruhan pergerakan terlibat dalam kontroversi yang tak ada hasilnya dan menuntut reformasi logika skolastik dalam karyanya Metalogicus. Semua pengetahuan, dia deklarasikan, haruslah praktis. Dia menganjurkan independensi yang absolut dari gereja dan negara dalam bukunya Policraticus.

Skolatisme Menjadi Mistis
Gereja Kristen dirasionalisasikan dan diubah menjadi intelektualisme dogmatik. Tuhan dikenal dari pengalaman. Alam dan Tuhan jelas menjadi pemahaman. Garis mistik pemikiran dalam skolatisme dilihat dari:
1.      Bernard Of Clairvaux
2.      Hugo dari biara Augustinian St. Viktor di Paris
3.      Richard dari St. Victor
4.      Walter dari St. Victor.
Mistik biasanya menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat dicapai dengan dialektika atau logika tapi dalam kontemplasi mistik melalui aktivitas empirik dari jiwa. Keyakinan dapat di rasionalisasikan. Moto dari mistik adalah : cogitatio, meditatio, contemplatio. Mistisisme tidak pernah memenangkan kepemilikan yang tak terbantahkan dari pemikiran pertengahan.

Penolakan Terhadap Skolatisme Awal
Pada akhir abad ke-12, oposisi dikembangkan menuju Skolatisme. Minat dalam ilmu pengetahuan alam ditawarkan melalui terjemahan Latin dari sastra Arab. Sarjanawan bukan ortodox dikutuk sebagai heraktik. Teology terancam. Dogma disesuaikan oleh penjaga Ortodox dari keyakinan dan perintah pengajaran yang diundangkan – Dominikan dan Franciskan. Pemahaman dan keyakinan dipaksa untuk setuju. Pengetahuan baru masuk kedalam dunia pertengahan, yaitu:
a.       Tulisan Aristoteles
b.      Karya Yunani tentang astronomi
Komentar Rabi dan Yahudi tentang Aristoteles muncul:
a.       Pada masa ini Aristoteles tidak terlalu diterima. Neoplatonisme sedang marak.
b.      Terjemahan baru Aristoteles dibuat dan lambat laun diterima oleh Skolastik selanjutnya. Pada akhirnya menghasilkan bentuk baru dalam kordinasi agama dan filosafat.
c.       Teori Aristoteles tentang alam, pengakuannya tentang spiritual Tuhan, memperkuat teologi dan mempererat dogmatisme.

Skolatisme Abad Ke-13 (Periode Kedua dari Skolatisme)
Filsafat platonik dan teologi Augustinian telah dimasukkan dalam sintesis. Dengan penemuan Aristoteles yang “baru”, Skolatisme abad ke-13 memberikan masalah dalam asimilasi. Beberapa skolastik tetap Ortodox – Alexander dari Hales, Henry dari Ghent. Beberapa skolastik mencari cara untuk mensintesiskan teologi dengan Aristoteles – Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Duns Scotus. Beberapa pemikir hanya meneliti Aristoteles – Siger dari Brabant. Pergerakan yang paling penting adalah sintesis skolatisme dengan filsafat peripatetik.

Skolastik Puncak
Masa ini merupaka kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya :
1.    Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2.    Tahun 1200 didirikan universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, Di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
3.    Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat nutuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, william Ocham.

Tokoh-Tokoh Skolastik Barat
1.      Peter Abelardus (1079-1180M)
Ia di lahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli piker dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah di setujui atau dapat di terima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abelardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialetika yang tanpa ragu-ragu di tunjukan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu tuhan.
2.      Albert Magnus (1203-1280M)
Di samping sebagai biarawan, Albert Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universialis” dan “doctor magnus”, kemudia bernama Albert Magnus (Albert The Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberals, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223M kemudian masuk ke koin menjadi dosen filsafat dan teologi. Terkhir ia di angkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam bidang ilmu biologi dan ilmu kimia.
3.      Thomas Aquinas (1225-1274M)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Perancis dan Tahun 1259 menjadi guru besar dan penasehat istana.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dan aliran Skolatisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tenteng pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikir.
4.      William Ockham (1285-1349M)
William Ockham adalah seorang pastur ordo Fransiscus berkebangsaan Inggris dan filusuf, dari Ockham desa kecil di Surey dekat East Horsley. William mengabdikan diri pada hidup yang minimalis. Seorang perintis nominalisme, ia terkadang di anggap sebagai bapak epistemology modern dan filsafat modern umum, berkat pendapatnya yang didukung argument kuat, bahwa hanya individu yang ada, bukan universa, esensi, atau bentuk supra-individual, dan bahwa universal adalah hasil abstraktif dari individu oleh pikiran manusia dan tidak memiliki wujud di luar mental. William juga dipandang sebagai salah satu ahli logika terbesar sepanjang masa. Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran Skolastis. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada kaisar Lois IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya dengan intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
5.      Nicolas Cusasus (1401-1464M)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasab akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat di ketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah, diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
6.      Machiavelli (1469-1527M)
Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli, termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan.
Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum, tergolong anggota famili terkemuka, tetapi tidak begitu berada. Selama masa hidup Machiavelli (pada saat puncak-puncaknya Renaissance Italia) Italia terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negeri yang bersatu seperti Perancis, Spanyol atau Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam masanya Italia lemah secara militer padahal brilian di segi kultur.
Di kala Machiavelli muda, Florence diperintah oleh penguasa Medici yang masyhur, Lorenzo yang terpuji. Tetapi Lorenzo meninggal dunia tahun 1492, dan beberapa tahun kemudian penguasa Medici diusir dari Florence; Florence menjadi republik (Republik Florentine) dan tahun 1498, Machiavelli yang berumur dua puluh sembilan tahun peroleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam pelbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia.

Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jem terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi ( kemandekan ). Diantara tokoh-tokohnya adalah William ockham ( 1285-1349 ), Nocolas Cusasus ( 1401-1464 ). William Ockham ( 1285-1349 ). Ia merpakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.
Nicolas Cusasus ( 1401-1464 ). Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik, menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat kesuatu sintesis yang lebih luas.

Masa Peralihan
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang didisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Diantara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Miichelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno. Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian dikalangan ahli pikir Renaisanse yang menghancurkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraa Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan utuk kembali sastra Yuani da Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas Morre. Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.

Implikasi Ajaran Neo-Skolatisisme dalam Bidang Pendidikan
1.    Implikasi Ajaran Neo-Skolatisisme Dalam Bidang Pendidikan
Implikasi dari ajaran neo-scholatisisme menerapkan metode debat dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian suatu masalah.
2.    Hubungan Neo-skolatisisme dan Perenialisme
Untuk mengerti hubungan antara neo-Scholatisisme dengan perenialisme, kita harus mengerti apa itu perenialisme terlebih dahulu sejarah singkat dari perenialisme itu sendiri.
1.      Perenialisme:
         Merupakan suatu aliran yang lahir pada abad ke 20. Perenialisme berasal dari kata kata perenial yang berarti abadi, kekal atau selalu.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan yang progresif (Yang bergerak maju). Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultural. Oleh karena itu  perlu adanya usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah Robert Maynard Hutchin dan ortimer Adler.
2.      Neo-Scholatisisme:
Pembaharuan filsafat-filsafat dan teologi skolastik (Sistem logika , filsafat, dan teologi para sarjana atau orang terpelajar abad ke 10-15 berlandaskan logika aristoteles dan tulisan para ahli agama kristen pada zaman permulaan agama) dengan tujuan mengembalikan kembali gagasan-gagasan scholastik lama  yang hampir punah.
Dari dua definisi diatas menekankan bahwa hubungan Neo-Scholatisisme dengan perenialisme terletak pada tujuan mereka yang ingin mengembalikan kembali gagasan-gagasan lama untuk dapat diterapkan kembali kedalam kehidupan saat ini.

Sumber:
Simanjuntak, Junihot. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2013.Lorents, Bagus.Kamus Filsafathalaman708-710 dan 1027-1028.
Wikipedia .Perkembangan Neo-skolatisisme.
http://www.scribd.com/doc/23767536/makalah-filsafat
http://mukhlislamlo.blogspot.com/2010/04/filsafat-skolastik-oleh-mukhlisuddin-mz.html
http://www.hendria.com/2010/03/sejarah-filsafat-eropa.html
http://indahparas-uinbi-2.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik.html
http://sulufiyyah.blogspot.co.id/2010/05/filsafat-skolastik.html

Previous Post
Next Post

0 comments: