Saturday, May 5, 2018

Biografi Bapak Pandu Dunia


Biografi Bapak Pandu Dunia (Baden-Powell)


            Jika mempelajari sejarah kepramukaan, maka tidak boleh kita lepaskan dari riwayat hidup pendiri gerakan kepramukaan sedunia, yaitu Lord Baden-Powell Of Gilwell. Hal ini disebabkan pengalaman beliaulah yang mendasari pembinaan remaja di Negara Inggris, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi gerakan kepramukaan.
            Baden-Powell lahir di kota London, Inggris, pada tanggal 22 Februari 1857. Nama lengkapnya adalah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell.  Nama kecil dari Baden-Powell adalah Ste, Stephe atau Stephenson (sering dipanggil dengan nama Steevie), dan beliau dipanggil dengan nama Robert atau Sir Robert setelah mendapat gelar kesatria dari Raja Inggris. Ayah dari Baden-Powell bernama Prof. Domine Baden-Powell, seorang guru besar Geometri di Universitas  Oxford, Inggris. Ayah Baden-Powell menikah dengan Miss Henrietta Grace Smyth, seorang puteri dari Admiral Kerajaan Inggris yang terkenal yaitu William T. Smyth. Baden Powell mempunyai 9 saudara, yaitu : Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta, Jessie, dan Baden Fletcher.
            Ayahnya meninggal pada tanggal 11 Juni 1860, oleh karena itu ketika umur 3 tahun, Baden-Powell menjadi anak yatim. Tetapi dia bersama saudara-saudaranya bertambah akrab sepeninggal ayahnya. Maka dari usia yang masih kecil Baden-Powell dituntut untuk hidup mandiri. Sejak itu juga Baden-Powell mendapatkan pembinaan dari ibunya. Baden Powell sejak kecil sudah banyak mengagumi karya-karya ilmuwan terkenal pada jamannya, seperti Charles Darwin, Babbage, George Elliot, G. H. Lewes, dan James Martineau. Sifat Baden-Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka main musik, bersandiwara, berolahraga, mengarang, dan menggambar sehingga disukai teman-temannya.
Pada tahun 1870, Ny. Henrietta Grace memasukkan Baden-Powell ke Charterhouse School. Disana, Baden-Powell sangat popular, dan berkat kepandaiannya dia sampai meraih beasiswa. Disana Baden-Powell juga mengikuti banyak ekstra kegiatan, seperti Marching Band, klub menembak (Rifle Corps), teater, melukis dan menggambar, dan juga menjadi kipper kesebelasan Charterhouse. Di Charterhouse School inilah Baden-Powell mendapat julukan “Bathing-Towel”.
Di usia 19 tahun, Baden-Powell tamat sekolah, kemudian Baden-Powell memutuskan untuk bergabung dengan dinas kemiliteran, atas bantuan pamannya Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di Woolwich. Setelah lulus dari kemiliteran, Baden-Powell ditempatkan di India dengan pangkat pembantu letnan. Pengalaman inilah yang nantinya akan berpengaruh besar bagi perkembangan berdirinya gerakan kepanduak di Inggris. Baden-Powell juga terkenal orang yang pandai bergaul dan banyak teman. Salah seorang sahabatnya yang terdekat adalah Kenneth Mc Laren. Kebersamaan mereka telah banyak melahirkan pengalaman yang sangat berkesan.
Setelah sempat berpindah-pindah, dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu Negara ke Negara lain, Baden-Powell akhirnya bertugas di Mafeking, sebuah kota di pedalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat nama Baden-Powell menjadi terkenal dan menjadi pahlawan bangsanya, karena jasa-jasanya dalam memimpin pertahanan Kota Mafeking terhadap pengepungan bangsa Boer selama kurang lebih 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 sampai tanggal 18 Mei 1900). Bangsa Boer adalah bangsa Eropa keturunan Belanda yang lahir dan besar di Afrika. Sekarang bangsa Boer banyak tinggal di Afrika Selatan. Berkat jasa-jasanya tersebut, pangkat Baden-Powell dinaikkan menjadi Mayor Jenderal. Berita tersebut kemudian sampai juga ke Inggris, membuat seluruh keluarga Baden-Powell bangga.
Selama bertugas di Afrika, Baden-Powell banyak melakukan petualangan, sehingga pengalamannya semakin bertambah. Karena keberaniannya, Baden-Powell mendapat julukan IMPESSA dari suku-suku setempat seperti Zulu, Ashanti, dan Metabele. IMPESSA adalah serigala yang tidak pernah tidur. Hal ini karena sifat keberanian Baden-Powell, termasuk tindakan mengambil kalung manik-manik milik Raja Dinuzulu. Raja Dinuzulu adalah Raja Zulu dari tahun 1884-1889, raja yang merupakan putra dari Raja Zulu Cetshwayo, beraliansi dengan para Afrianers (orang kulit putih keturunan Belanda) dan bersengketa dengan sepupunya, Zibhebhu yang didukung Inggris. Dinuzulu lalu dituduh bersalah melakukan penghianatan sehingga diasingkan selama 10 tahun. Dibebaskan tahun 1910, karena dianggap tidak bersalah, Dinuzulu akhirnya meninggal tahun 1913.
Pada tahun 1901, Baden-Powell kembali ke tanah airnya, Inggris dengan disambut besar-besaran sebagai salah satu pahlawan bangsanya. Kemudian Baden-Powell menuliskan pengalaman-pengalamannya dalam buku Aids To Scouting. Tahun 1907, Baden-Powell mendapat undangan dari perkumpulan Boys Brigade untuk mengisahkan pengalaman-pengalamannya selama di Afrika khusunya dan selama di dinas ketentaraan pada umumnya, dalam sebuah perkemahan yang diikuti 20 orang anggotanya. Perkemahan pertama tersebut diselenggarakan di Pulau Brownsea (Brownsea Island). Tahun 1908, Baden-Powell menulis buku Scouting For Boys, sebuah mahakarya yang sangat spektakuler. Buku inilah yang mengakibatkan perkembangan kepanduan menjadi semakin besar. Buku ini menyebar di seluruh daratan Eropa sampai ke daerah-daerah jajahan.
Pada tahun 1910, Baden-Powell meletakkan jabatannya di dinas ketentaraan dengan pangkat terakhirnya adalah Letnan Jenderal. Mulailah Baden-Powell berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan kepanduan di seluruh dunia. Tahun 1912, Baden-Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk menemui para pandu di berbagai Negara. Baden-Powell menikah dengan Olave St. Clair Soames (Lady Baden-Powell) pada tahun tersebut. Kemudian dikaruniai 3 orang anak, yaitu Peter, Heather, dan Betty.
Pada tahun 1920, para pandu sedunia berkumpul  di Olimpia, London, Inggris dalam acara Jambore Dunia yang pertama. Pada hari terakhir kegiatan jamboree tersebut (6 Agustus 1920) Baden-Powell diangkat sebagai Chief Scout Of The World atau Bapak Pandu Sedunia. Baden-Powell juga dianugerahi gelar Lord Baden-Powell Of Gilwell, dengan julukan Baron oleh Raja George V. Baden-Powell juga mengunjungi Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya dari meninjau Jambore di Australia. Peristiwa itu adalah peristiwa yang tidak akan dilupakan oleh para pandu nasional kita, sebab pada saat Lord Baden-Powell dan Lady Baden-Powell mengunjungi Indonesia, yang boleh menyambut beliau hanya para pandu Belanda yang tergabung dalam NIPV. Setelah itu, Baden-Powell beserta istrinya menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris (sekitar tahun 1935-1938). Kemudian Baden-Powell kembali ke tanah yang amat dicintainya, yaitu Afrika. Baden-Powell menghabiskan masa tuanya di Nyeri, Kenya. Beliau akhirnya wafat pada tanggal 8 Januari 1941 dan dengan diantar di atas kereta yang ditarik oleh para pandu yang sangat mencintainya ke tempat peristirahatan terakhir.

Previous Post
Next Post

0 comments: