Monday, May 7, 2018

Pragmatisme


Pragmatisme

Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan  dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai benar  dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang pragtis yang bermanfaat. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”
Kata pragmatisme sering sekali di ucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya  dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya adalah rencana ini kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme. (Ahmad Tafsir.1990.Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales Sampai James.)
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.
Pragmatisme memiliki tiga ciri, yaitu: (1) memusatkan perhatian pada hal-hal dalam pengalaman manusia, (2) jika dipandang benar adalah apa yang berguna atau berfungsi, dan (3) manusia bertanggung jawab atas nilai-nilai dalam masyarakat (George R. Knight, 1982)

Pokok – Pokok Ajaran Aliran Pragmatisme
Dasar-dasar yang digunakan dalam filsafat pragmatis adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut ; pertama menolak segala intelektualisme, kedua, absolutisme dan ketiga meremehkan logika formal. (Harun Hadiwijono, Ibid, hlm 131) Aliran pragmatis menolak intelektualisme, ini berarti juga menentang rasionalisme sebagai sebuah pretensi dan metode.
Dasar kedua adalah absolutisme. Pragmatisme tidak mengenal kebenaran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum ataupun bersifat tetap bahkan yang berdiri sendiri pun tidak ada. Alasan ini disebabkan adanya pengalaman yang berjalan terus  dan segala yang dianggap benar dalam perkembangan pengalaman  itu senantiasa akan berubah, karena di dalam prakteknya apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak, kecuali yang ada adalah kebenaran-kebenaran (dalam bentuk jamak), artinya apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.(Harun Hadiwijono, Sari Filsafat Barat-2, Yogyakarta, Kanisius, 1980, hlm 132).
Pokok ajaran yang terakhir adalah meremehkan logika formal. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan, hal ini dapat berupa pengalaman-pengalaman pribadi ataupun pengalaman mistis. Dengan demikian ini berarti bahwa pragmatisme dalam membuat suatu kesimpulan-kesimpulan tidak memiliki aturan-aturan yang tetap yang dapat dijadikan Standard atau ukuran dalam merumuskan suatu kesimpulan. Hukum kebenaran yang terus berjalan ini, maka nilai pertimbangannya adalah akal dan pemikirannya, sementara yang dijadikan sebagai tujuan adalah dalam perbuatannya atau aplikasinya. Proses yang terjadi pada akal dan pemikiran itu harus mampu menyesuaikan dengan kondisi dan situasinya. Sesungguhnya akal dan pemikiran itu menyesuaikan diri dengan tuntutan kehendak dan tuntutan perbuatan. (Ibid, hlm 132)

Teori Pendidikan yang berhubungan dengan Pragmatisme
1.      Progresivisme
Progresivisme berakar pada pragmatisme. Progresivisme melihat peserta didik sebagai makhluk yang aktif dan kreatif. Kreativitas tersebut hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Sebagai makhluk sosial, proses belajar peserta didik akan lebih berhasil di dalam ikatan dengan kelompok. Dalam hal ini, guru lebih sebagai fasilitator dalam proses belajar dan pendidikan mempunyai multi fungsi untuk pengembangan fisik, emosional, sosial dan intelektual anak. (George R. Knight,1982:80-81) 
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya.
Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
2.      Rekonstruksionisme
Menurut H.A.R Tilaar (2005:314), aliran progresivisme di dalam pendidikan memunculkan aliran rekonstruksionisme yang melihat pendidikan sebagai agen perubahan sosial, politik dan ekonomi. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup dan kebudayaan yang bersifat modern.
3.      Humanisme
Hu·ma·nis  adalah orang yg mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia atau penganut paham yg menganggap manusia sebagai objek terpenting.Pendidikan yang mengikuti pola filsafat pragmatisme akan berwatak humanis, dan pendidikan yang humanis akan melahirkan manusia yang humanis pula.

Tokoh Tokoh Aliran Filsafat Pragmatisme
1.      William James (1842-1910)
 
Gambar 1. Wiliam James
William James dilahirkan di New York, anak dari Henry James, William James belajar ilmu kedokteran di Havard Medical School pada tahun 1864  dan mendapat M.D-nya tahun 1869, tetapi William tidak tertarik ilmu pengobatan melainkan tertarik untuk mempelajari filsafat. Ketertarikannya ini didasarkan kepada dua hal yaitu ilmu pengetahuan dan agama.
William James menyatakan bahwa ukuran suatu kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya. Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung dari keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya  jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
2.      John Dewey (1859-1952)
 
 Gambar 2. John Dewey
John Dewey (20 Oktober 1859 - 1 Juni 1952) adalah seorang filsuf Amerika, psikolog, dan pembaharu pendidikan yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Ia diakui sebagai salah satu pencetus sekolah filsafat Pragmatisme (bersama dengan Charles Sanders Peirce dan William James). Dewey lahir di Vermont berasal dari keluarga sederhana. Ia tercatat sebgai profesor filsafat di Columbia University, New York Dari tahun 1904.
John dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempersolakan kebenaran suatu pengetahuan, melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yan timbul dalam masyarakat. Bukan pengetahuan itu sendiri yang benar tetapi pengertian itu baru menjadi benar dalam proses penerapannya.
3.      C. S. Pierce
 
 Gambar 3. C. S. Pierce
C. S. Pierce lahir pada tanggal 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.C. S. Pierce menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain C. S. Pierce juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun, 2004:96). Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.

Implikasi Ajaran Pragmatisme Dalam Bidang Pendidikan
1.      Tujuan Pendidikan
Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.
Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi:
Ø  Kesehatan yang baik
Ø  Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja
Ø  Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
Ø  Kemampuan berinteraksi kepada orang lain
Tambahan tujuan khusus pendidikan di atas yaitu untuk pemahaman tentang pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.
2.      Kurikulum
Pendidikan berfokus pada kehidupan yang baik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah.
3.      Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar proses pembelajaran berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
4.      Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa.Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya. Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a.       Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi. Film-film, catatan-catatan, dll. Merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.
b.      Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c.       Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu masalah.
d.      Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
e.       Bersama sama mengevaluasi apa yang dipelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.

Sumber:
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Filsafat Barat-2. Yogyakarta. Kanisius. hlm 130-132.
Juhaya S. Praja. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Ibid. hlm 115.
Tafsir, Ahmad.1990.Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales Sampai James.
http://biografiteladan.blogspot.co.id/2011/03/john-dewey-20-oktober-1859-1-juni-1952.html
http://kristianawidi.blogspot.co.id/2012
https://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Sanders_Peirce
Previous Post
Next Post

0 comments: