Behaviorisme
Pengertian Behaviorisme
Inggris:
behaviorism. Istilah ini mengacu pada sebuah psikologi modern yang berawal dari
pavlon di Rusia dan J.B Watson di Amerika, Dalam perspektif ini studi perilaku
menggantikan teknik-teknik introspekti. Kosa kata istilah-istilah mentalistik
Amerika dan sebagai aliran pragmatisme. Skinner melanjutkan behaviorisme
Watsonia dengan nama ‘’Operasionisme’’. Chomsky menentang skinner/ Baginya,
kategori-kategori stimulus-respon (rangsangan-rangsangan) dalam behaviorisme tidak
memadai (bagus lorens,122).
Behaviorisme
merupakan aliran psikologi yang memusatkan perhatian dan studinya pada perilaku
dan mempergunakannya sebagai dasar
untuk
membangun teori tanpa pengalaman dan kesadaran manusia, prinsip kerja yang
pokok adalah rangsangan,stimuli dan
tangapan respon teorinya adalah perilaku
dapat diukur berdasarkan rangsangan yang di berikan dan tangapan dimunculkan
dimana penguatan(reipercement)yaitu memperkuat
stimuli atau tanggapan sebagai bentuk terjadinnya respon karena jika stimuli nya besar maka respon juga akan
bertambah besar dan sebaliknya jika rangsangan
kecil maka stimuli akan lebih kecil, seperti guru dan siswa jika siswa
banyak mengerjakan tugas dari guru dia akan banyak mengetahui dan menguasai
materi dan memiliki pikiran yang luas dan jika guru akan memberikan tugas
sedikit dia akan memiliki pengetahuan yang sedikit pula sehingga belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal kemampuan untuk bertingkah
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimuli dan respon(Edwin
rai gutrie).
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.
Teori belajar atau tingkah laku, belajar diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu
control instrumental yang berasal dari lingkungan.
Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori
belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi,
sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori
behavioris lebih di kenal dengan nama
teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, perubahan
tingka laku organisme sebagai pengaruh lingkungan, behaviorisme tidak mau
memperhatikan manusia baik atau jelek, rasional, maupun emosional behaviorisme
hanya ingin bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam arti teori yang lebih menekankan
pada tingkahlaku manusia. Memandang individu sebagai makluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka.
Behaviorisme ingin menganalisis
bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia
tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan
manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum
behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh
objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan
yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan
termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara
subjektif. Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya
pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell
dan menulis disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang
memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya
perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan
child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson
menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme.
Prinsip
Dasar Behaviorisme
a. Perilaku nyata dan terukur memiliki
makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
b. Aspek mental dari kesadaran yang
tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus
dihindari.
c. Penganjur utama adalah Watson:
overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu
psikologi yang benar.
d. Dalam perkembangannya, pandangan
Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan
memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme
juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor
internal juga, meskipun focus pada overt behavior tetap terjadi.
e. Aliran behaviorisme juga
menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam
perkembangan ilmu psikologi.
f. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan
Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme
awal dan yang lebih belakangan
Para pendahulu aliran pemikiran ini
adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Edward
Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih banyak lagi
lainnya.
Teori Belajar, Tingkah Laku dan Penerapannya
Konsep stimulus diterapkan dalam
proses pembelajaran dalam bentuk penyajian materi. Sementara itu, konsep
respons diterapkan dalam bentuk jawaban siswa terhadap soal-soal tes dan atau
ujian setelah materi di sajikan, atau hasil karya siswa setelah prosedur
pembuatan karya di sampaikan. Proses pengkondisian atau interaksi antara
stimulus dan respons (Pavlov) diterapkan dalam bentuk pemunculan stimulus yang
bervariasi, baik stimulus tunggal, ganda, maupun kombinasi stimulus (parampatan
dan atau diskriminasi stimulus- Pavlov). Misalnya, penyajian materi melalui
uraian (ceramah) dan contoh seperti: diskusi, penemuan kembali, kerja
laboratorium, permainan dengan menggunakan media tunggal maupun beragam media
(papan tulis, OHT, video, konputer, dll). Hasil penelitian di dunia
pembelajaran menyatakan bahwa penggunaan media yang beragam (dua atau lebih) secara
variatif menghasilkan dampak positif yang lebih tinggi dalam proses
pembelajaran dari pada media tunggal secara terus menerus. Selain itu, proses
pengkondisian yang melibatkan (Thorndike) yang di terapkan dalam bentuk pujian
dan atau hukuman guru terhadap siswa serta penilaian guru terhadap hasil kerja
siswa. Kreativitas guru dalam memanipulasi (Watson) membantu siswa secara
positif dalam proses pembelajaran.
a.
Clart
Hull
Gambar 1. Clark Leonard Hull
Clark Leonard Hull adalah psikolog Amerika yang
terkenal dengan metode eksperimental kuantitatif untuk pembelajaran dan
fenomena hipnosis serta upayanya untuk memberikan ekspresi matematis pada teori
psikologi.
Belajar (behaviorisme) adalah fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga organisme tetap bertahan hidup.
Oleh karena itu hull mengatakan kebutuhan biologis(drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis(drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia sehingga stimulus dalam belajar pun hampir di
kaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin dapat
berwujud dalam teori ini,tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
b.
John
B. Watson
Gambar 2. John Broadus Watson
John Broadus Watson
adalah seorang ahli psikologi Amerika Serikat. Watson mempromosikan sebuah
perubahan psikologi melalui karyanya Psychology as the Behaviorist Views it,
yang ia dedikasikan kepada Universitas Kolumbia pada tahun 1913.
Watson berpendapat bahwa introspeksi
merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika psikologi
dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson
mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan
manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif.
Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku
sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang
berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia
dan hewan. 3 prinsip dalam aliran behaviorisme:
1. Menekankan respon terkondisi sebagai
elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang
mengelilingi manusia dan hewan.
2. Perilaku adalah dipelajari sebagai
konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk
karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang
baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan
individu akan belajar dari semua itu.
Memusatkan pada perilaku hewan.
Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk
menjelaskan perilaku manusia.
c.
B.F. Skinner
Gambar 3. Burrhusm Frederic Skinner
Burrhusm Frederic Skinner adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal
dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak
karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku
operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut : Dalam
laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang
disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu
tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur
nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk
keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung
merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk
penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk
penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa
prinsip Skinner antara lain :
1.
Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
bebar diberi penguat.
2.
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.
Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
4.
Dalam
proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untukmenghindari adanya hukuman.
5.
Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6.
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam
pembelajaran digunakan shaping.
Skinner juga berpendapat kepribadian
terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu. Meskipun
pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan perilaku
khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi individu
yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi dasar,
yaitu:
1. Perilaku itu terjadi menurut hukum
(behavior can be controlled).
2. Skinner menekankan bahwa perilaku
dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti
Id atau Ego.
3. Perilaku manusia tidak ditentukan
oleh pilihan individual.
Kaum behavioris lebih dikenal dengan
teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali
insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses
belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon,
sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia.
d.
Albert
Bandura (1925-masih hidup)
Gambar 4. Albert Bandura
Albert Bandura adalah seorang psikolog. Ia menerima
gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia
pada tahun 1949. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke Universitas Iowa dan
meraih gelar Ph.D pada tahun 1952.
Eksperimennya yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi
adalah:
1.
Perhatian,
mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2.
Penyimpanan
atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3.
Reprodukdi
motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.
Motivasi,
mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain
itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip
prinsip sebgai berikut:
1.
Tingkat
tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak
awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2.
Individu
lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu
akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan
dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori
Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial
membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana
memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang
digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
e.
Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
Gambar 5. Edward Lee Thorndike
Edward
Lee "Ted" Thorndike adalah seorang Psikolog Amerika yang menghabiskan
hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University.
Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan
untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau
selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini
sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya
pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia
pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam
psikologi pendidikan.
Percobaan
Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan
diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara
otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan
membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan
menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan
sebagai berikut:
S
R S1 R1
dst
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar
diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara
meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh
kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat
makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10
sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja enyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan.
Dari percobaan ini
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a.
Hukum
Kesiapan (law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit,
maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa
puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Masalah pertama
hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang
melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan
tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak
melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan
lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Masalah ketiganya
adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka
timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
b.
Hukum
Latihan (law of exercise)
Yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip
law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang)
dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan
melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip
menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering
diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
c.
Hukum
Akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk
pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu
perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain
kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak
menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan
yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka
manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuk sikapnya.
Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar
binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan
antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai
pengartian. Binatang melakukan
respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis (Suryobroto,
1984).
Selanjutnya
Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
a.
Hukum
Reaksi Bervariasi (multiple response)
Hukum ini mengatakan
bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan
adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
b.
Hukum
Sikap (Set/ Attitude)
Hukum ini menjelaskan
bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus
dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu
baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
c.
Hukum
Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Hukum ini mengatakan
bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu
saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
d.
Hukum
Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan
bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami
karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah
dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin
mudah.
e.
Hukum
Perpindahan Asosiasi
(Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan
bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal
dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur
baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Hubungan
Behaviorisme dengan Aliran Filsafat yang Lain
Menurut George R. Knight (1982), Behaviorisme mempunyai keterikatan dengan
2 tipe filsafat lainnya, yaitu realisme dan positivisme. Pertama, Behaviorisme
mempunyai akar atau filsafat realisme, dengan realisme, Behaviorisme berpusat
pada hukum alam.Tugas Behaviorisme yaitu mengobservasi kehidupan organism
termasuk manusia, agar ditemukan hukum-hukum perilaku yang kelak dipakai untuk
merekayasa prilaku manusia. Kedua, Behaviorisme berakar dari positifme
sebagaimana ditokoi oleh Auguste Comte (1798-1857) yang menjelaskan pengetahuan
positif.
Kelebihan dan
Kelemahan Behaviorisme
a. Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk keteori behaviorisme
terdapat beberapa kelebihan diantaranya.
1.
Membiasakan guru untuk
bersikap jeli dan peka terhadap setuasi dan kondisi belajar.
2. Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktik.
3. Guru
tidak banyak memberikan ceramah sehingga murit dibiasakan belajar mandiri.
4. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian.
5. Cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, kreatif dan produktif.
b. Kekurangan
Behaviorisme
juga memiliki kekurangaan dalam penerapannya antara lain
1. Behaviorisme
memiliki tindakan hanya berpihak pada tingkahlaku manusia, sehingga respon dan
tangapan tidak dapat diukur.
2. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini,
sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat
penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
3. Teori
ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
Implikasi Ajaran dalam
Bidang Pendidikan
a. Dengan
adanya pemahaman behaviorisme dapat Menciptakan lingkungan berbahasa yang
kondusif dan kreatif agar mendukung proses pembiasan bahasa secara epektif
dalam lingkugan pendidikan.
b. Memotifasi
guru untuk tampil berbahasa baik dan benar, sehingga dapat menjadi teladan yang
baik dan benar bagi siswa dalam bertingkahlaku baik dan benar sesuai ajaran.
Menaati dan menjalankan rangsangan/stimuli
sebagai dasar memperluas wawasan atau pengetahuan dan memperkuat terjadinya
tanggapan /respon dalam bidang pendidikan.
c. Aplikasi
ajaran behaviorisme dalam pendidikan bergantung pada beberapa hal, mengajar
memindahkan pengetahuan (transfer ef knowlitge) dari seseorang yang belajar
ataupun siswa dan siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengatahuan yang diajarkan artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
juga dipahami oleh siswa.
Aplikasi Teori Behavioristik
terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri
kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan
pengaruh lingkungan
b. Mementingkan
bagian-bagian
c. Mementingkan
peranan reaksi
d. Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.
Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
Sumber:
bagus,lorens.kamus filsafat.(jakarta:PT Gramedia
pustaka utama),1996,hlm.122
psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
https://ml.scribd.com/doc/51041606/
0 comments: