Sunday, May 6, 2018

Behaviorisme


Behaviorisme

Pengertian Behaviorisme
Inggris: behaviorism. Istilah ini mengacu pada sebuah psikologi modern yang berawal dari pavlon di Rusia dan J.B Watson di Amerika, Dalam perspektif ini studi perilaku menggantikan teknik-teknik introspekti. Kosa kata istilah-istilah mentalistik Amerika dan sebagai aliran pragmatisme. Skinner melanjutkan behaviorisme Watsonia dengan nama ‘’Operasionisme’’. Chomsky menentang skinner/ Baginya, kategori-kategori stimulus-respon (rangsangan-rangsangan) dalam behaviorisme tidak memadai (bagus lorens,122).
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memusatkan perhatian dan studinya pada perilaku dan mempergunakannya sebagai dasar untuk membangun teori tanpa pengalaman dan kesadaran manusia, prinsip kerja yang pokok adalah  rangsangan,stimuli dan tangapan respon  teorinya adalah perilaku dapat diukur berdasarkan rangsangan yang di berikan dan tangapan dimunculkan dimana penguatan(reipercement)yaitu memperkuat  stimuli atau tanggapan sebagai bentuk terjadinnya respon karena  jika stimuli nya besar maka respon juga akan bertambah besar dan sebaliknya jika rangsangan  kecil maka stimuli akan lebih kecil, seperti guru dan siswa jika siswa banyak mengerjakan tugas dari guru dia akan banyak mengetahui dan menguasai materi dan memiliki pikiran yang luas dan jika guru akan memberikan tugas sedikit dia akan memiliki pengetahuan yang sedikit pula sehingga belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal kemampuan untuk bertingkah dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimuli dan respon(Edwin rai gutrie).
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori belajar atau tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu control instrumental yang berasal dari lingkungan.
          Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
          Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
            Teori behavioris lebih di  kenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, perubahan tingka laku organisme sebagai pengaruh lingkungan, behaviorisme tidak mau memperhatikan manusia baik atau jelek, rasional, maupun emosional behaviorisme hanya ingin  bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor lingkungan. Dalam arti teori yang lebih menekankan pada tingkahlaku manusia. Memandang individu sebagai makluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif. Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada fungsionalisme.

Prinsip Dasar Behaviorisme
a.       Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
b.      Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
c.       Penganjur utama adalah Watson: overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
d.      Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun focus pada overt behavior tetap terjadi.
e.       Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
f.       Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan
           Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih banyak lagi lainnya.

 Teori Belajar, Tingkah Laku dan Penerapannya
Konsep stimulus diterapkan dalam proses pembelajaran dalam bentuk penyajian materi. Sementara itu, konsep respons diterapkan dalam bentuk jawaban siswa terhadap soal-soal tes dan atau ujian setelah materi di sajikan, atau hasil karya siswa setelah prosedur pembuatan karya di sampaikan. Proses pengkondisian atau interaksi antara stimulus dan respons (Pavlov) diterapkan dalam bentuk pemunculan stimulus yang bervariasi, baik stimulus tunggal, ganda, maupun kombinasi stimulus (parampatan dan atau diskriminasi stimulus- Pavlov). Misalnya, penyajian materi melalui uraian (ceramah) dan contoh seperti: diskusi, penemuan kembali, kerja laboratorium, permainan dengan menggunakan media tunggal maupun beragam media (papan tulis, OHT, video, konputer, dll). Hasil penelitian di dunia pembelajaran menyatakan bahwa penggunaan media yang beragam (dua atau lebih) secara variatif menghasilkan dampak positif yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran dari pada media tunggal secara terus menerus. Selain itu, proses pengkondisian yang melibatkan (Thorndike) yang di terapkan dalam bentuk pujian dan atau hukuman guru terhadap siswa serta penilaian guru terhadap hasil kerja siswa. Kreativitas guru dalam memanipulasi (Watson) membantu siswa secara positif dalam proses pembelajaran.
a.      Clart Hull
 Gambar 1. Clark Leonard Hull
Clark Leonard Hull adalah psikolog Amerika yang terkenal dengan metode eksperimental kuantitatif untuk pembelajaran dan fenomena hipnosis serta upayanya untuk memberikan ekspresi matematis pada teori psikologi.
         Belajar (behaviorisme) adalah fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga organisme tetap bertahan hidup. Oleh karena itu hull mengatakan kebutuhan biologis(drive) dan pemuasan kebutuhan biologis(drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia sehingga stimulus dalam belajar pun hampir di kaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin dapat berwujud dalam teori ini,tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
b.      John B. Watson
 Gambar 2. John Broadus Watson
John Broadus Watson adalah seorang ahli psikologi Amerika Serikat. Watson mempromosikan sebuah perubahan psikologi melalui karyanya Psychology as the Behaviorist Views it, yang ia dedikasikan kepada Universitas Kolumbia pada tahun 1913. 
PasanganRosalie Rayner (m. 1921–1935), Mary Ickes (m. 1901–1920)
          Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip dalam aliran behaviorisme:
1.      Menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2.      Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
 Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
c.       B.F. Skinner 
 Gambar 3. Burrhusm Frederic Skinner
Burrhusm Frederic Skinner adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.
PasanganYvonne Blue (m. 1936–1990)
          B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
          Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
          Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
          Skinner membuat eksperimen sebagai berikut : Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
          Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1.      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2.      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.      Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.      Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5.      Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7.      Dalam pembelajaran digunakan shaping.
          Skinner juga berpendapat kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu. Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi dasar, yaitu:
1.      Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled).
2.      Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego.
3.      Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual.
          Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia.
 d.      Albert Bandura (1925-masih hidup)


Gambar 4. Albert Bandura
Albert Bandura adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke Universitas Iowa dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1952.
Lahir4 Desember 1925 (89 tahun), Mundare, Kanada
          Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1.      Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2.      Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3.      Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4.      Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
1.      Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2.      Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.      Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
          Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan  penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
e.       Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Gambar 5. Edward Lee Thorndike
Edward Lee "Ted" Thorndike adalah seorang Psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. 
            Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.
            Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S              R             S1             R1             dst
                Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja enyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
a.      Hukum Kesiapan (law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
b.      Hukum Latihan (law of exercise)
Yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
c.       Hukum Akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
          Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis (Suryobroto, 1984).
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:
a.      Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response)
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b.      Hukum Sikap (Set/ Attitude)
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.
c.       Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).
d.      Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.
e.       Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Hubungan Behaviorisme dengan Aliran Filsafat yang Lain
          Menurut George R. Knight (1982), Behaviorisme mempunyai keterikatan dengan 2 tipe filsafat lainnya, yaitu realisme dan positivisme. Pertama, Behaviorisme mempunyai akar atau filsafat realisme, dengan realisme, Behaviorisme berpusat pada hukum alam.Tugas Behaviorisme yaitu mengobservasi kehidupan organism termasuk manusia, agar ditemukan hukum-hukum perilaku yang kelak dipakai untuk merekayasa prilaku manusia. Kedua, Behaviorisme berakar dari positifme sebagaimana ditokoi oleh Auguste Comte (1798-1857) yang menjelaskan pengetahuan positif.
Kelebihan dan Kelemahan Behaviorisme
a.       Kelebihan
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk keteori behaviorisme terdapat beberapa kelebihan diantaranya.
1.      Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap setuasi dan kondisi belajar.
2.      Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik.
3.      Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murit dibiasakan belajar mandiri.
4.      Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
5.      Cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, kreatif dan produktif.
b.      Kekurangan
Behaviorisme juga memiliki kekurangaan dalam penerapannya antara lain
1.      Behaviorisme memiliki tindakan hanya berpihak pada tingkahlaku manusia, sehingga respon dan tangapan tidak dapat diukur.
2.      Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
3.      Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

Implikasi Ajaran dalam Bidang Pendidikan
a.    Dengan adanya pemahaman behaviorisme dapat Menciptakan lingkungan berbahasa yang kondusif dan kreatif agar mendukung proses pembiasan bahasa secara epektif dalam lingkugan pendidikan.
b.    Memotifasi guru untuk tampil berbahasa baik dan benar, sehingga dapat menjadi teladan yang baik dan benar bagi siswa dalam bertingkahlaku baik dan benar sesuai ajaran.
 Menaati dan menjalankan rangsangan/stimuli sebagai dasar memperluas wawasan atau pengetahuan dan memperkuat terjadinya tanggapan /respon dalam bidang pendidikan.
c.    Aplikasi ajaran behaviorisme dalam pendidikan bergantung pada beberapa hal, mengajar memindahkan pengetahuan (transfer ef knowlitge) dari seseorang yang belajar ataupun siswa dan siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengatahuan yang diajarkan artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru juga dipahami oleh siswa.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a.       Mementingkan pengaruh lingkungan
b.      Mementingkan bagian-bagian
c.       Mementingkan peranan reaksi
d.      Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.       Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.       Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

Sumber:
bagus,lorens.kamus filsafat.(jakarta:PT Gramedia pustaka utama),1996,hlm.122
psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
https://ml.scribd.com/doc/51041606/



Previous Post
Next Post

0 comments: