Progressivisme
Pengertian
Filsafat Pendidikan Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme
mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita,
terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup
manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya.
Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa
kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan,
untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena
aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan
untuk menguji kebenaran suatu teori. Progressivisme dinamakan environmentalisme
karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan
kepribadian. Dalam pendapat lain, pragmatisme berpendapat bahwa suatu
keterangan itu benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu
keterangan akan dikatakan benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan.
Dari
pemaparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan
aliran progressivisme adalah hakekat realitas adalah berkembang. Pendidikan
harus mengembangkan individu, masyarakat dan kebudayaan.
Pengertian
Filsafat Progressivisme
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat
menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.
Latar Belakang
Munculnya Filsafat Progressivisme
Sejarah mengatakan perkembangan
aliran Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan
jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat
ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus
(544), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles. Mereka pernah
mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut
menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat
yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia
ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates
berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa
pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan
kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk
melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik.
Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat
mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat. Sedangkan
Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan
ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian sejak abad ke-16, Francis
Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang
pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Francis Bacon memberikna
sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam
pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau
dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang
baik dari para manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan
kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi.
Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada
dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada
hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20,
tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan
Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan
mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama
dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal
berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu
bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berfikir adalah
membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan gerak jasmaniah adalah
manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan berfikir.
Tokoh
– Tokoh Aliran Filsafat Progressivisme
1.
Hans
Vaihinger (1852-1933)
Gambar 1. Hans Vaihinger
Menurutnya
tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak
mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam
bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata. Jika pengertian itu berguna.
untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
2. John Dewey (1859 –
1952)
Gambar 2. John Dewey
John Dewey
adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori
Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan
pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti
yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan
datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi
meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan terutama sekali dengan versi
pemikiran yang disebut instrumentalisme.
Dia adalah
juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan
demokratis. Diantara karya-karya Dewey yang dianggap penting adalah Freedom and
Cultural, Art and Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct
(1922), Experience and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah
Democracy and Education(1916).
3. William James (1842 –1910)
Gambar 3. William James
William
James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal.
Dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari
mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas
dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology
yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan
cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William
James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal.
Pokok
– Pokok Ajaran Filsafat Progressivisme
Anak didik diberikan kebebasan baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang
otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar
untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik
karena Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam
unit, diharapkan anak dapat berkembang
secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
Implikasi
Ajaran Filsafat Progressivisme dalam Bidang Pendidikan
Menurut progressivisme
proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologi dan sosiologis. Dari segi
psikologi, pendidik harus dapat mengetahui tenaga–tenaga atau daya–daya pada
anak didik yang akan dikembangkan. Dari segi sosiologis, pendidik harus
mengetahui kemana tenaga–tenaga itu harus dibimbingnya. Guru dalam melakukan
tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak, mempunyai peranan–peranan
sebagai Fasilitator, Motivator, konselor siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan
teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar
dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik. Dalam prinsip-prinsip pendidikan
peranan guru tidak langsung melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan
dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak harus diizinkan
untuk merencanakan perkembangan diri sendiri dan guru harus membimbing kegiatan
belajar.
Hubungan Filsafat Progressivisme dengan
Teori Pendidikan Lain
1.
Pragmatisme
Progressivisme berakar dari pragmatisme. Pragmatisme adalah suatu aliran
yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan dirinya sebagai benar
dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
2.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari pragmatisme dan juga berasal dari
progressivisme. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup dan kebudayaan yang bersifat
modern.
3. Humanisme
Humanisme dan rekonstruksionime berasal dari filsafat progressivisme.
Filsafat Humanisme adalah suatu faham filsafat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala
sesuatu.
Sumber:
Prof.
Imam B, M.A., Ph.D, 1990, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Yogyakarta,
Andi Offset
https://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-png/,
diakses pada 4/9/2015,11:00
0 comments: