Monday, May 7, 2018

Progressivisme


Progressivisme

Pengertian Filsafat Pendidikan Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Progressivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. Dalam pendapat lain, pragmatisme berpendapat bahwa suatu keterangan itu benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan.
Dari pemaparan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan aliran progressivisme adalah hakekat realitas adalah berkembang. Pendidikan harus mengembangkan individu, masyarakat dan kebudayaan.

Pengertian Filsafat Progressivisme
 Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.

Latar Belakang Munculnya Filsafat Progressivisme
Sejarah mengatakan perkembangan aliran Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang baik dari para manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.

Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Progressivisme
1.      Hans Vaihinger (1852-1933)
 
 Gambar 1. Hans Vaihinger
Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata. Jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
2.      John Dewey (1859 – 1952) 
 
 Gambar 2. John Dewey
John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut instrumentalisme.
Dia adalah juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan demokratis. Diantara karya-karya Dewey yang dianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art and Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), Experience and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah Democracy and Education(1916).
3.      William James (1842 –1910)
 
 Gambar 3. William James
William James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal. Dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal.

Pokok – Pokok Ajaran Filsafat Progressivisme
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik karena Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan  anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Implikasi Ajaran Filsafat Progressivisme dalam Bidang Pendidikan
Menurut progressivisme proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologi dan sosiologis. Dari segi psikologi, pendidik harus dapat mengetahui tenaga–tenaga atau daya–daya pada anak didik yang akan dikembangkan. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga–tenaga itu harus dibimbingnya. Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak, mempunyai peranan–peranan sebagai Fasilitator, Motivator, konselor siswa dalam kegiatan belajar sendiri. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik. Dalam prinsip-prinsip pendidikan peranan guru tidak langsung melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak harus diizinkan untuk merencanakan perkembangan diri sendiri dan guru harus membimbing kegiatan belajar.

Hubungan Filsafat Progressivisme dengan Teori Pendidikan Lain
1.      Pragmatisme
Progressivisme berakar dari pragmatisme. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar yang dibuktikan  dirinya sebagai benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
2.      Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari pragmatisme dan juga berasal dari progressivisme. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup dan kebudayaan yang bersifat modern.
3.      Humanisme
Humanisme dan rekonstruksionime berasal dari filsafat progressivisme. Filsafat Humanisme adalah suatu faham filsafat yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu.

Sumber:
Prof. Imam B, M.A., Ph.D, 1990, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Yogyakarta, Andi Offset


Previous Post
Next Post

0 comments: